Kolega Handai Tolan
Nayudari - Rahmad Hidayat - Taufik Azhari
Nayudari - Rahmad Hidayat - Taufik Azhari
Sebuah kisah yang tumbuh dari masa remaja, terukir sejak tahun 2005 di bangku SMP. Tiga pemuda sebaya dipertemukan oleh takdir, bukan sekadar karena memiliki usia yang sama, melainkan karena ada benang halus yang mengikat jiwa mereka. Persahabatan itu bukan hiasan sementara, melainkan simbol kebersamaan yang kelak menjadi tonggak perjalanan hidup.
Ramadhan menjadi saksi pertama kebersamaan itu. Malam-malam yang teduh diwarnai langkah kaki menuju masjid, menyatu dalam shaf-shaf tarawih yang khusyuk. Seusai doa, tawa lepas pecah di jalanan. Di sanalah kehangatan persahabatan bersemi, dalam cahaya bulan dan aroma malam Ramadhan yang penuh makna.
Hari-hari pun berlanjut dengan hobi sederhana yang menumbuhkan semangat. Mereka bersepeda, bukan hanya untuk mengayuh roda, melainkan juga untuk mengayuh mimpi. Sepeda BMX yang dimodifikasi dengan tangan sendiri menjadi lambang kreativitas, membuktikan bahwa persahabatan pun bisa hidup dalam karya dan usaha bersama.
Namun persahabatan ini tak hanya berputar pada kesenangan. Ia juga teruji dalam disiplin dan keteguhan hati. Dari gelanggang silat hingga karate, mereka belajar arti ketekunan, keberanian, dan rasa hormat. Keringat yang jatuh di lantai latihan adalah bukti bahwa mereka tumbuh, tidak hanya sebagai sahabat, tetapi juga sebagai pribadi yang mengasah diri.
Tak berhenti di sana, ketiganya menemukan kebersamaan baru dalam beternak unggas dan ikan. Aktivitas yang tampak sepele, tetapi sesungguhnya penuh pelajaran. Dari memberi makan hingga merawat, mereka belajar arti kesabaran, tanggung jawab, dan ketekunan. Dalam sunyi kandang dan riak air kolam, terselip cerita persahabatan yang semakin kuat.
Waktu berjalan, minat yang sama mendorong mereka melangkah ke dunia wirausaha. Dari obrolan sederhana, lahirlah cita-cita dan semangat untuk menatap masa depan. Persahabatan mereka bukan lagi hanya tentang hobi, melainkan tentang harapan. Tentang mimpi yang tumbuh seiring langkah, tentang keberanian menantang hidup dengan keyakinan yang sama.
Kini, setelah bertahun-tahun berlalu, kisah itu tetap bergaung. Ia bukan sekadar kenangan masa remaja, tetapi fondasi yang membentuk siapa mereka hari ini. Sebuah perjalanan yang berawal dari candaan Ramadhan, kayuhan sepeda, dan tangan yang kotor oleh lumpur kolam, menjelma menjadi kisah persaudaraan yang abadi.
Maka, persahabatan ini bukanlah sekadar pertemuan tiga pemuda pada suatu masa. Ia adalah takdir, sebuah hadiah yang dititipkan Allah untuk dijaga. Simbol bahwa masa muda tidak pernah sia-sia ketika diisi dengan kebersamaan, semangat, dan tekad untuk melangkah lebih baik. Inilah kisah yang akan terus hidup, bahkan ketika usia terus berjalan dan dunia berubah.
www.taufikazharim.web.id